Jumat, 11 Desember 2015

Cara Menage Pennyahit Hati dan Sakit Hati

Managemen Sakit Hati dan Penyakit Hati (Obat Hati Yang lelah Bagian 2)
====================================================


“Sakit hati” dan “penyakit hati”, sering sekali kata ini terlontar dari mulut-mulut kita. Saya ataupun orang lain nyaris pernah merasakannya. Sakit hati karena ucapan orang lain, sakit hati karena perilaku orang lain yang tidak berkenan, sakit hati karena kezaliman, sakit hati karena penolakan, kekecewaan, dendam, cinta, atau apapun itu. Dan seiring datangnya rasa sakit hati maka penyakit hatipun tak luput dari diri dan perilaku.

Seseorang bertanya, “Adakah cara untuk mengatasi kesakit hatian itu???” Jawaban saya, “ ada!!!” InsyaAllah ada…
Sakit hati dan penyakit hati  ibarat serangan yang datang secara tiba-tiba ke wilayah kekuasaan kita, lalu kebijaksanaan kitalah yang mengaturnya agar tidak sampai merusak benteng pertahanan yang sudah kita bangun dengan susah payah. Dibutuhkan suatu managemen dan strategi jitu untuk mengatasinya, antara lain :

1.       Persiapkan senjata ampuh!!!

Ibaratnya dalam peperangan.  Anggap sakit hati  dan penyakit hati itu adalah musuh terbesar , sehingga kita membutuhkan senjata yang dapat kita gunakan untuk melawan kesakit hatian itu. Mau tau apa senjatanya teman???? Yupz…benar sekali…senjatanya adalah Al-Quran.
Membaca Al Quran dan maknanya dapat menjadi senjata ampuh melawan rasa sakit hati yang menyakitkan itu.  Nabi SAW menyerupakan al-Qur’an dengan air hujan, karena sebagaimana air hujan menumbuhkan bumi, maka al-Qur’an pun menghidupkan hati. Dan apabila hati kita hidup, maka hiduplah seluruh anggota badan kita. Al-Qur’an dijadikan cahaya bagi dada kita, karena dada yang bercahaya dan hati yang hidup adalah sumber kelapangan dan kebahagiaan seseorang. Tidak percaya???? Coba saja baca Al Quran dan maknanya…lalu perhatikan apa yang terjadi… ^_^

2.       Pakai perisai yang kuat !!!
Tak cukup hanya senjata saja yang dibutuhkan dalam managemen sakit hati dan penyakit hati. Kita juga membutuhkan perisai yang melindungi dari segala arah. Perisai itu adalah “Sholat Malam” (Tahajud). Sholat malam ini akan menjadi perisai yang mendatangkan energi positif bagi setiap pribadi yang mengamalkannya, energi positif itu lebih layak disebut “getaran iman” yang akan menggetarkan hati dan fikiran, meluruskan lisan dan perbuatan dan mendekatkan kepada keimanan dan ketaqwaan. Perasaan getaran iman itu apabila stabil (amalan tahajjudnya terus-menerus) sangat dahsyat khasiatnya untuk kekebalan tubuh (sistem imun)terhadap penyakit hati dan penyakit yang lainnya. Tidak percaya???? Coba saja, dan perhatikan apa yang terjadi.. ^_^

3.       Kumpulkan pasukan yang tangguh !!!
Pasukan yang dibutuhkan dalam memerangi sakit hati ini adalah “Orang-orang sholeh”. Maka berkumpullah dengan orang sholeh. Ketika kita berkumpul dengan mereka, hati terasa sejuk, tidak ada umpatan, tidak ada sumpah serapah, tidak ada iri, tidak ada marah, semua berlalu dengan sejuk. Senyum mereka, sapa mereka, hormat mereka mendatangkan rasa nyaman. Dan tak bisa dipungkiri sakit hati kitapun terlupakan. Pergaulan akan menempa kepribadian kita, pergaulan yang buruk akan mempengaruhi prilaku kita dalam bersosialisasi begitu juga sebaliknya. Kecuali keimanan yang sangat tebal. Tapi apakah kita sudah yakin keimanan kita dapat melindungi kita dari pengaruh buruk orang-orang yang tidak kita inginkan???? Oleh karena itu, dalam managemen sakit hati ini kita membutuhkan orang-orang soleh yang akan menemani kita dalam peperangan melawan sakit hati dan penyakit hati itu. Tidak percaya???? Coba  saja… Lalu perhatikan apa yang terjadi… ^_^

4.       Bangun benteng yang kokoh !!!
Benteng yang dibutuhkan dalam peperangan itu adalah “puasa”. Memperbanyak berpuasa akan menjadi benteng kokoh dalam managemen sakit hati ini. Puasa dapat mencegah amarah, mencegah umpatan dan menjadi kontrol emosi yang sangat rentan dalam kesakit hatian dan penyakit hati. Puasa dapat menjadi vitamin penguat dalam sistem imun managemen sakit hati dan penyakit hati ini. Tidak percaya ??? Coba saja…Lalu perhatikan apa yang terjadi… ^_^

5.       Miliki senjata rahasia yang dahsyat!!!
Senjata rahasia dalam managemen sakit hati dan penyakit hati ini adalah “Zikir”.  Membasahi hati dan lisan dengan zikir akan menyembuhkan sakit hati dan penyakit hati dengan segera dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya…  sekali, dua kali, sepuluh kali, seratus kali atau ribuan kali… pelurunya tak akan habis untuk melawan kesakit hatian itu, maka milikilah senjata ini… lalu katakan selamat tinggal untuk sakit hati dan penyakit hati. Dengan mengingat Allah..hati menjadi tenang…dengan mengingat Allah hati menjadi tentram…  Tidak percaya??? Coba saja… Lalu perhatikan apa yang terjadi… ^_^


=================================
Semoga catatan ini berguna untukku, untukmu, untuk kami dan untuk kita.. Dan terimakasih buat mas Opick yang mengispirasi dalam "Tombok Ati"

Selasa, 08 Desember 2015

3 Macam Penyakit Hati

"PENYAKIT HATI"
Kita mengenal 3 macam penyakit;yaitu : 1.penyakit hati,
2.penyakit jiwa, dan
3.penyakit fisik.
Membedakan penyakit fisik dengan penyakit jiwa lebih mudah ketimbang membedakan penyakit jiwa dengan penyakit hati. Walaupun demikian, ketiganya memiliki persamaan.
Apa pun yang dikenai oleh ketiga penyakit itu, ia tidak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tubuh kita disebut berpenyakit apabila ada bagian tubuh kita yang tidak menjalankan fungsinya dengan benar. Telinga Anda disebut sakit apabila ia tidak dapat mendengar lagi.
Di antara fungsi hati, menurut Al-Ghazali, adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah telah menciptakan hati sebagai tempat Dia bersemayam.
Allah berkata dalam sebuah hadis Qudsi: Langit dan bumi tidak dapat meliputi-Ku. Hanya hati manusia yang dapat meliputi - Ku.
Dalam hadits Qudsi lain,Allah berkata: "Hai anak Adam, Aku telah menciptakan taman bagimu, dan sebelum kamu bisa masuk ke taman ciptaan-Ku, Aku usir setan dari dalamnya. Dan dalam dirimu ada hati, yang seharusnya menjadi taman yang engkau sediakan bagi-Ku."
Hadits ini menunjukkan bahwa fungsi hati adalah untuk mengenal Allah, mencintai Allah, menemui Allah,dan pada tingkat tertentu, melihat Allah atau berjumpa dengan-Nya. Hati yang berpenyakit ditandai dengan tertutupnya mata bathin kita dari penglihatan-pen­glihatan ruhaniah. Ada hubungan antara penyakit jiwa dengan penyakit fisik. Sebagai contoh, penyakit jiwa yang paling populer pada masyarakat modern adalah stres. Stres pada penyakit jiwa adalah seperti sakit flu pada penyakit fisik.
Dari beberapa penelitian ilmiah, diketahui bahwa orang-orang yang stres mengalami gangguan pada sistem immune atau sistem kekebalan dalam tubuhnya. Orang yang banyak mengalami stres cenderung gampang sekali terkena penyakit. Ini menunjukkan bahwa penyakit jiwa amat berpengaruh dalam menimbulkan gangguan fisik. Demikian pula sebaliknya, penyakit fisik dapat menimbulkan gangguan jiwa. Orang yang sakit terus menerus, sudah berobat ke mana-mana, tetapi belum sembuh, juga bisa mengalami penyakit jiwa. Orang tersebut boleh jadi cepat tersinggung, mudah marah, dan sebagainya.
Salah satu di antara penyakit jiwa adalah perasaan cemas; takut akan sesuatu yang tidak jelas. Ada dua macam ketakutan; Pertama, takut kepada sesuatu yang terlihat, misalnya ketakutan pada harimau. Kedua, takut kepada sesuatu yang abstrak, umpamanya seorang istri yang takut suaminya akan berbuat macam-macam. Sang istri membayangkan sesuatu yang bersumber dari imajinasinya sendiri. Ini berarti istri tersebut mengalami gangguan psikologis. Ada juga orang yang merasa bahwa semua orang di sekitarnya tidak suka kepada dia dan mereka semua bermaksud mencelakakannya­. Dia selalu dibayangi ketakutan seperti itu. Para psikolog menyebut ketakutan seperti ini sebagai anxiety.
Penyakit hati menimbukan gangguan psikologis dan gangguan psikologis berpengaruh pada kesehatan fisik. Contoh penyakit hati adalah dengki, iri hati, dan dendam kepada orang lain. Dendam adalah rasa marah yang kita simpan jauh di dalam hati kita sehingga menggerogoti hati kita. Akibat dari menyimpan dendam, kita menjadi stres berkepanjangan.­ Adapun akibat dari iri hati ialah kehilangan perasaan tentram. Orang yang iri hati tidak bisa menikmati kehidupan yang normal karena hatinya tidak pernah bisa tenang sebelum melihat orang lain mengalami kesulitan. Dia melakukan berbagai hal untuk memuaskan rasa iri hatinya. Bila ia gagal, ia akan jatuh kepada frustrasi.
Imam Ali berkata, "Tidak ada orang zalim yang menzalimi orang lain sambil sekaligus menzalimi dirinya sendiri, selain orang yang dengki."
Selain menyakiti orang lain, orang yang dengki juga akan menyakiti dirinya sendiri. Ada penyakit hati yang langsung berpengaruh kepada gangguan fisik. Bakhil, misalnya. Bakhil adalah penyakit hati yang bersumber dari keinginan yang egois. Keinginan untuk menyenangkan diri secara berlebihan akan melahirkan kebakhilan. Penyakit bakhil berpengaruh langsung pada gangguan fisik.
Pernah ada orang datang kepada Imam Ja'far as. Dia mengadukan sakit yang diderita seluruh anggota keluarganya, yang berjumlah sepuluh orang. Imam Ja'far berkata dengan menyebutkan sabda Rasulullah Shallallahu'Ala­ihi Wasallam:
"Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kamu dengan banyak bersedekah." Dalam hadits lain disebutkan, "Di antara ciri-ciri orang bakhil adalah banyaknya penyakit".
"TANDA TANDA PENYAKIT HATI " :
1.Kehilangan cinta yang tulus.
Orang yang mengidap penyakit hati tidak akan bisa mencintai orang lain dengan benar. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas.
Orang seperti itu agak sulit untuk mencintai Rasulullah Shallallahu'Ala­ihi Wasallam, apalagi mencintai Allah Azza wa Jalla yang lebih abstrak. Karena ia tidak bisa mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu.
2.Kehilangan ketentraman dan ketenangan bathin.
3.Memiliki hati dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
4.Kehilangan kekhusyu'an dalam ibadah.
5.malas beramal ibadah
6.senang melakukan dosa.
Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa.
Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali.
Sebuah doa dari Rasulullah Shallallahu'Ala­ihi Wasallam berbunyi: "Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat-cepat beristighfar."(­Al-hadits)
Di antara taubat yang tidak diterima Allah ialah taubat orang yang tidak pernah merasa perlu untuk bertaubat karena tak merasa berbuat dosa. Kali pertama seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah. Tetapi saat ia mengulanginya untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia berulang kali melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu. Bahkan ia menjadi ketagihan untuk berbuat maksiat terus menerus. Ini menandakan orang tersebut sudah berada dalam kategori firman Allah: "Dalam hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya." (QS. Al-Baqarah: 10)
Dalam kitabnya Ihyâ `Ulûmuddîn, Al-Ghazali berbicara tentang tanda- tanda penyakit hati dan kiat-kiat untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati: "Ya Allah aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat."
Merujuk pada doa di atas, kita bisa menyimpulkan ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut:
Pertama, memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul- betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya­ ialah orang yang berilmu. Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada Allah, berarti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
Kedua, mempunyai hati yang tidak bisa khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak bisa mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak bisa menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sulit menangis.
Rasulullah Shallallahu'Ala­ihi Wasallam menyebutnya sebagai jumûd al-`ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair). Di dalam Al-Quran, Allah menyebut manusia-manusia­ yang saleh sebagai mereka yang ...seringkali terhempas dalam sujud dan menangis terisak-isak.^^
Di antara sahabat-sahabat­ Nabi, terdapat sekelompok orang yang disebut al-bakâun (orang-orang yang selalu menangis) karena setiap kali Nabi berkhutbah, mereka tidak bisa menahan tangisannya. Dalam sebuah riwayat, para sahabat bercerita: Suatu hari, Nabi Saw menyampaikan nasihat kepada kami. Berguncanglah hati kami dan berlinanglah air mata kami. Kami lalu meminta, "Ya Rasulallah, seakan- akan ini khutbahmu yang terakhir, berilah kami tambahan wasiat." Kemudian Nabi saw bersabda, "Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku, kalian akan menyaksikan pertengkaran di antara kaum muslimin yang banyak ..." Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda: "Hal pertama yang akan dicabut dari umat ini adalah tangisan karena kekhusyukan."
Ketiga, memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Ia memendam ambisi yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang takkan terpuaskan.
Adapun ciri keempat dari orang yang berpenyakit hati adalah doanya tidak diangkat dan didengar Allah Azza wa Jalla.
Bagaimana sih cara Mengobati Penyakit Hati??^_^
Cara pertama untuk mengobati penyakit hati, menurut Al-Ghazali, adalah dengan mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita. Ketika kita datang kepada guru tersebut, kita harus datang dengan segala kepasrahan. Kita tidak boleh tersinggung jika guru itu memberitahukan penyakit hati kita.
Umar Ibn Al-Khattab berkata, "Aku menghargai sahabat-sahabat­ku yang menunjukkan aib-aibku sebagai hadiah untukku."
Seorang guru harus mencintai kita dengan tulus dan begitu pula sebaliknya, kita harus mencintai guru kita dengan tulus. Apa pun yang dikatakan guru, kita tidak menjadi marah. Kita juga harus mencari guru yang lebih sedikit penyakit hatinya daripada diri kita sendiri.
Kedua, mendapatkan sahabat yang jujur. Sahabat adalah orang yang membenarkan bukan yang `membenar-benar­kan' kita. Sahabat yang baik adalah yang membetulkan kita, bukan yang menganggap apapun yang kita lakukan itu betul.
Ketiga, jika sulit mendapatkan sahabat yang jujur, kita bisa mencari musuh dan mempertimbangka­n ucapan-ucapan musuh tentang diri kita. Musuh dapat menunjukkan aib kita dengan lebih jujur ketimbang sahabat kita sendiri. Keempat, memperhatikan perilaku orang lain yang buruk dan kita rasakan akibat perilaku buruk tersebut pada diri kita. Dengan cara itu, kita tidak akan melakukan hal yang sama. Hal ini sangat mudah karena kita lebih sering memperhatikan perilaku orang lain yang buruk daripada perilaku buruk kita sendiri.
Sebuah kisah dari Jalaluddin Rumi ; Alkisah, di sebuah kota ada seorang pria yang menanam pohon berduri di tengah jalan. Walikota sudah memperingatkann­ya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan bahwa ia akan memotongnya besok. Namun sampai orang itu tua, pohon itu belum dipotong juga. Seiring dengan waktu, pohon berduri itu bertambah besar. Ia menutupi semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan, tapi juga melukai pemiliknya. Orang tersebut sudah sangat tua. Ia menjadi amat lemah sehingga tidak mampu lagi untuk menebas pohon yang ia tanam sendiri.
Di akhir kisah itu Rumi memberikan nasihatnya, "Dalam hidup ini, kalian sudah banyak sekali menanam pohon berduri dalam hati kalian. Duri-duri itu bukan saja menusuk orang lain tapi juga dirimu sendiri. Ambillah kapak Haidar, potonglah seluruh duri itu sekarang sebelum kalian kehilangan tenaga sama sekali."
Yang dimaksud Rumi dengan pohon berduri dalam hati adalah penyakit- penyakit hati dalam ruh kita. Bersamaan dengan tambahnya umur, bertambah pula kekuatannya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon berduri di hati kita itu selain saat ini. Esok hari, penyakit itu akan semakin kuat sementara tenaga kita bertambah lemah. Tak ada daya kita untuk menghancurkanny­a.
Semoga memahami makna yg ada dgn hikmah yg baik dihati.
Barakallahu^_^

Senin, 07 Desember 2015

Dendam dan Dengki Juga Termasuk Penyakit Hati

Sahabat2ku semua, Insya Allah, kita akan membahas tentang penyakit hati ”dendam & dengki”  terinspirasi dari bbm nya Ust. Jefri Al Buchori (uje). Dendam dan dengki adalah penyakit hati yg akan menggerogoti amal kita & hanya orang2 bodohlah yg mau memelihara dendam & dengki dalam hati mereka. Berikut saya kutip bbmnya :


Wahai diri_ku..
Rosul_mu pernah berkata ;

"Bahwasanya dendam dan dengki itu bisa menghanguskan amal ibadahmu"

Berarti sayang sekali rukukmu, sujudmu, dzikirmu, sedekahmu dan semua ibadah2 mu yg selama ini engkau lakukan jika dibarengi dg dendam dan dengki yg sengaja engkau pelihara selama ini..
Masih lebih baik jika engkau memelihara binatang buas daripada memelihara dendam dan dengki dlm dirimu..

Wahai diri_ku..
Hanya sebentar saja dirimu tinggal di dunia ini..
Dunia hanyalah sebuah alam pelintasan ruh saja..
Sungguh takkan ada ketentraman dlm pedihnya sakarotul maut bagi dirimu yg masih menyimpan dendam dan dengki..

"Tdk akan ada masa depan bagi para pendengki dan pendendam"

Ampuni hamba Yaa Robb dari ketidak mampuan mendidik diri..

Jefri bin ismail bin hasyim modal
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sahabat2ku, dendam dan dengki, adalah penyakit hati yang harus kita waspadai dan harus kita hilangkan dari hati kita, karena selain hal tersebut merusak amal, sesungguhnya orang yang mempunyai dendam dan dengki dalam hatinya, adalah orang yang sangat menderita dan menanggung beban berat yang harus dipikulnya, yaitu rasa dendam dan dengkinya itu.

Seandainya kita tdk mau memaafkan orang lain & menghapuskan rasa marah, dendam & benci kita pada orang yg pernah menyakiti kita, maka perasaan negatif itu menjadi beban berat bagi kita, karena  sangat melelahkan memendam rasa sakit hati, kecewa, jengkel, marah & dendam kepada orang yang menyakiti hati kita.  Terkadang kita tidak tahu apakah orang yang menyakiti hati kita itu sadar ataukah tidak, mungkin orang itu tidak merasa menyakiti hati kita (tidak sengaja menyakiti), maka hidupnya tenang-tenang saja.

Sedangkan kita yang menaruh dendam dan sakit hati, justru menyiksa diri sendiri.  Kalau perasaan-perasaan negatif seperti ini kita pelihara, maka akan menjadi beban yang memberatkan hidup kita. Karena kita menjadi tidak tenang, tersiksa dengan rasa marah dan benci dan perasaan seperti ini  akan menggerogoti tubuh dan menimbulkan berbagai macam penyakit-penyakit fisik ringan sampai berat, seperti sakit perut, sakit kepala, darah tinggi, insomnia, bahkan mag dan jantung. Mengapa kita harus menyiksa diri dengan memendam kemarahan dan kebencian? Mengapa kita tidak coba memaafkan dan menghapus kebencian dihati kita

Dendam dalam bahasa Arab di sebut hiqid, ialah mengandung permusuhan didalam batin dan menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melepaskan dendamnya, menunggu kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang di dendami. Berbahagialah bagi orang yang berlapang dada, berjiwa besar dan pemaaf. Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dan menenangkan hati kita, kecuali hidup dengan hati yang bersih dan jiwa yang sehat, bebas dari rasa kebingungan dan bebas dari rasa dendam, dengki yang akan menggerogoti hati kita. Seseorang yang hatinya bersih dan jiwanya sehat, ialah mereka yang apabila melihat sesuatu nikmat yang diperoleh orang lain, ia merasa senang dan merasakan karunia itu ada pula pada dirinya.

Dengki merupakan salah satu penyakit hati yang mesti dihindari. Dengki merujuk kepada kebencian dan kemarahan yang timbul akibat perasaan cemburu atau iri hati yang amat sangat. Ia amat dekat (berhubungan) dengan unsur jahat, tidak berkenan, benci dan perasaan dendam yang terpendam. Ada juga yang mendefinisikan dengki sebagai suatu perbuatan atau tindakan hati yang tidak senang melihat kesenangan (nikmat) orang lain serta berharap agar kesenangan (nikmat) orang lain akan hilang atau lenyap atau berpindah kepadanya.

Orang yang dengki perilakunya sering tidak terkendali. cenderung terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan bisa mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak Allah tidaklah demikian . Rasulullah saw bersabda: Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.” (HR. Ahmad, Abu Dawuddan Ath-Thabrani)

Rasulullah saw bersabda, “janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini, seraya Nabi saw menunjuk ke dadanya tiga kali. Telah pantas seseorang disebut melakukan kejahatan, karena ia melecehkan saudara muslimnya. Setiap muslim atas sesama muslim yang lain adalah haram darahnya, hartanya dan kehormatannya. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Rasulullah saw. Bersabda: “Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar” (HR. Abu Dawud)

Allah SWT berfirman: “Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai sebuah dari kejahatan makhluk Nya,” kemudian Dia berfirman, “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”. (QS. AI Falaq (113): 1, 2 dan 5).

BERIKUT CARA MENGHINDARKAN DIRI DARI DENGKI :
 Berusaha membuang sifat dengki tersebut dengan cara ridha terhadap takdir dan ketentuan serta mencintai kebaikan dan kelebihan yang dimiliki orang lain sebagaimana kita mencintai dirin sendiri, sebagaimana sabda Nabi saw “Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri”(HR.Al-Bukhari) 
  1.  Memohon perlindungan kepada Allah dari sifat dengki dan iri hati, serta banyak berzikir kepada Allah
  2.  Duduk diam sejenak, mata tertutup. Selamilah rasa dengki yang timbul dalam diri kita. Telusuri sampai ke akar-akarnya. Apa yang membuat timbulnya dengki? Keberhasilan orang itukah? Kepemilikan diakah? Kesejahteraan diakah? Jika kita melakukan penyelaman/pemikiran dengan penuh kesadaran, kita akan meyadari bahwa sesungguhnya, semua itu adalah karunia Allah untuknya. Kita harus menyadari bahwa Allah berhak memberi kemulian, kekayan, keberhasilan, ketenaran dll, kepada siapa saja yang dikehenakiNya dan itu adalah hak Allah SWT sepernuhnya. Hingga kita bisa menyadari bahwa sesungguhnya orang yang kita dengki itu, memang berhak atas semua itu, karena itu karunia Allah untuknya.  Allah SWT berfirman: ”Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ’Imran [3] :26)
  3.  Jangan pernah membanding-bandingkan kepandaian atau kelebihan yang kita miliki dengan orang lain dan jangan pernah mencari-cari kekurangan orang lain
  4.  Agar kita terhindar dari penyakit hati iri hati dan dengki sebaiknya selalu bersikap rendah hati, tidak merasa lebih dari orang lain. Orang yang rendah hati kalaupun misalnya ia tahu bahwa ia memiliki banyak kelebihan dibanding orang lain ia tidak akan merasa bangga apalagi membanggakan kelebihannya. Setiap kelebihan yang dimilikinya akan dinikmatinya dengan penuh rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Yang Maha Pencipta yang telah memberikan kelebihan dan keberuntungan tersebut terhadap dirinya. Begitu pula dengan kekurangan yang ada pada diri, sebaiknya diterima dengan ikhlas, sehingga kekurangan yang ada pada diri, tidak mengakibatkan rendah diri dan menjadi iri hati serta dengkidi saat melihat orang lain memiliki kelebihan yang tidak dimilikinya. Percayalah bahwa dibalik kekurangan pada seseorang pastilah ada pula kelebihan yang dimilikinya  
  5. Sadarilah, dengki itu sangat melelahkan, orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri hati dan dengki akan menanggung beban berat yang tidak seharusnya. Karena setiap kali ia melihat orang yang didengkinya dengan semua kesuksesannya, hati dan persaannya menderita dan hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci, curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Sungguh sangat tidak enak menjalani kehidupan seperti itu. 

Apabila kita ada menjumpai orang yang mendengki pada kita, maka sikapilah hal tsb dengan baik dan bijak,  KARENA RASA IRI, DENGKI SESEORANG KEPADA KITA SEBETULNYA ADALAH BENTUK DARI PENGAKUAN AKAN DIRI DAN EKSISTENSI KITA, hanya bentuknya lain. Hadapi dengan sabar dan doakan, bila bisa, dekati dan rangkul dia menjadi teman kita, bila memungkinkan atau bisa dilakukan, beri pemahaman agama (dengan cara yang baik, secara tidak langsung, tentang bahaya dengki). Jangan balas kedengkiannya dengan kedengkian juga, karena itu membuat kita tidak ada bedanya dengan dia, tapi balaslah kedengkiannya dengan doa dan kebaikan.

ADAPUN CARA MENGATASI DENDAM adalah  dengan memaafkan secara tulus. Pemahaman kita tentang memaafkan berbeda-beda, ada dari kita yang memaafkan seseorang tapi perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hatinya dan perlu waktu lama baginya untuk bisa kembali menjalin hubungan baik dengan orang yang telah menyakitinya.
Tapi ada juga yang bisa memaafkan dengan tulus. Mereka yang memaafkan dengan tulus inilah, hamba Allah yang sungguh-sungguh beriman dengan sebenar-benarnya, dan mengikuti perintah Allah untuk memaafkan. Ketika memaafkan, mereka tidak memikirkan besar atau kecilnya kesalahan, mereka juga tidak mengingat-ingat lagi perbuatan orang yang telah menyakitinya.  Mereka menyadari bahwa seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka dengan atau tanpa sengaja.

Orang yang bisa memaafkan dengan tulus ini tahu, bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah dan berjalan sesuai takdir-Nya, karena itulah mereka berserah diri kepada Allah, menyerahkan semua permasalahan kepada Allah. Hingga mereka tidak pernah terbelenggu dan tersiksa oleh amarah, sakit hati, dan semua itu akan membuatnya jadi memaafkan kesalahan orang lain, dan mereka lakukan itu, semata-mata karena Allah. Mereka memaafkan karena Allah.

Sahabat2ku, ingatlah hidup didunia ini hanya sementara, karena itu sangat merugi bila kita mengisi hidup kita ini hanya dengan suatu penyakit hati yang hanya akan menghancurkan semua amal kita. Jadilah orang yang pemaaf, karena sangat banyak keutamaannya jika kita menjadi orang yang pemaaf.

Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah saw membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)

Allah SWT berfirman "..... dan orang-orang yang menahan amarahnya dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS Ali 'Imran  [3] ; 134). 

" .....DAN HENDAKLAH MEREKA MEMA'AFKAN DAN BERLAPANG DADA. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang " (QS. An Nuur [24] ; 22)

Allah tidak menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan  kemuliaannya." (HR. Muslim). Dalam hadist lain disebutkan: " Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila marah ia menahan diri (tak jadi marah) ." (HR. Hakim dan ibnu hibban)

Setelah semua uraian diatas, mari kita tanyakan dengan jujur pada diri kita,  apakah kita termasuk orang yang pemaaf dan tidak pendendam? Apakah kita termasuk orang yang dengki dengan keberhasilan orang lain?  Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan jujur dan lakukanlah perbaikan, bila ternyata kita temukan bahwa diri kita masih ada penyakit hati dendam dan dengki.  

Sahabat2 semua, mungkin bagi sahabat2 yang sudah lama menjadi pembaca fanspage ini, sudah mengetahuinya, tapi karena ada pembaca baru yg inbox menanyakan, dengan ini saya beritahukan kembali, bahwa setiap hari sabtu dan minggu saya memang tidak update status, harap maklum, makasih

Minggu, 06 Desember 2015

Ujub, Riya, Bangga adalah Penyakit Dalam Hati

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS 2:10), penyakit hati diantaranya riya', 'ujub, sum'ah, dan semacamnya dan ini adalah penyakit-penyakit yang membahayakan. Bahaya karena sebenarnya penyakit itu akan menghancurkan kemerdekaan kita. Kita tidak merdeka karena dalam tindakan-tindakan itu, hati kita terbelenggu oleh (pujian, applaus, dan sikap-sikap) orang lain. Kalau tidak mendapat pujian atau sedikitnya perhatian, kita tak mau (mungkin kurang semangat) melakukannya.

Setiap orang mencari kemerdekaan, rasa bebas dari segala tekanan, tetapi kemerdekaan yang hakiki adalah kebebasan yang tidak menyisakan tekanan, misalnya kita beranggapan bahwa berbuat sesuka hati kita adalah kemerdekaan kita, padahal kebebasan yang kita lakukan membuat pihak lain terganggu, maka tentu pihak lain tersebut melakukan tekanan/menegur kepada kita, jadi bukan kemerdekaan bila masih ada tekanan terhadap kita. Puncak kemerdekaan kita adalah keikhlasan (dalam setiap amal perbuatan kita) kepada Allah Swt. Silahkan..., orang mau tahu atau tidak, mau memuji atau tidak, yang penting saya adalah saya, kokoh dengan tindakan dan pendirian saya. Beginilah kemerdekaan.


Riya' itu satu tangga di bawah balas dendam. Karena riya' sumber kesalahannya melulu berasal dari diri kita sendiri. Tanpa ada orang lain mendahului. Sedangkan balas dendam didahului oleh tindakan orang lain. Kita membenci orang lain karena dia memulai membenci kita. Kita menyakiti orang lain karena dia telah menyakiti kita lebih dulu, dst. 
Nah, jika balas dendam saja tidak dianjurkan, apalagi riya'. Riya' itu ibaratnya menjual (kemerdekaan) diri kita ditukar dengan (belenggu) pujian, penghormatan, atau sikap-sikap simpati lainnya dari orang lain. Betapa kerdilnya diri kita, jika demikian!!! Kaitannya dengan hal ini, ada hadis yang sangat menarik: "Ta'isa 'abdu al-dinar, wa al-dirham, wa al-qathifah. In u'thiya radliya, wa in lam yu'tha lam yardla" (Celakalah para materialis, [penghamba dinar, dirham, dan sutera]. Senang jika diberi, dan tak senang jika tak diberi). [Riwayat Imam Bukhari, Bulughul Maram].


Pelajaran apa yang bisa diambil dari hadis tersebut? Sungguh, ia merupakan pelajaran akhlak yang amat agung. Penyebutan jenis-jenis materi di atas hanyalah sebatas contoh. Jadi, walaupun hadis itu hanya menyebut "dinar", "dirham", dan "sutera", tentu materi apapun jenisnya bisa disamakan. Bahkan tak terbatas pada materi saja, hal-hal yang berupa emosi (senang, benci, cinta, dan semacamnya). Sehingga bisa disamakan ke dalam pengertian hadis tersebut ungkapan seperti "tak senang karena tak diberi, senang karena diberi", "membenci karena dibenci", "mencintai karena dicintai", "memukul karena dipukul", "tak menghormati karena tidak dihormati", dan seterusnya.


Makanya puncak kemerdekaan kita adalah tindakan ikhlas karena Allah, tiada yang melebihi. Dalam segala tindakan kita harus bertekad "Saya tak perduli, orang mau benci atau tidak, mau suka atau tidak, mau tahu atau tidak, mau puji atau tidak, yang penting saya tetap pada tugas saya: mencintai, menghargai, memberi, menghormati, dll". Melepaskan segala macam ikatan duniawi untuk lepas landas menuju satu-satunya tujuan, Allah SWT, Sang Pencipta, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijak, Maha Pembalas, dst. Dalam taraf inilah seseorang, dalam ajaran sufi, mencapai makam tertinggi.


*** Berikut ini ada beberapa tip yang bisa membantu untuk sedikit-demi sedikit menghapus riya', 'ujub, sum'ah dan semacamnya:

1. Anda harus sadar dan tahu bahwa yang anda perbuat itu benar dan baik. Untuk itu, biasakan berfikir dan berupaya keras memutuskan dengan tepat setiap langkah Anda: apa (yang Anda lakukan), bagaimana (Anda melakukan), dan kenapa (Anda lakukan). Jangan berfikir sempit dan pendek, tapi usahakan selalu menggali dampak-dampak dan akibat-akibat perbuatan Anda jauh ke depan: manfaat dan madlarratnya. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bersikap tegas dan berani. Jika sudah mampu demikian, maka anda akan penuh percaya diri dan mantap dalam setiap langkah. Jangan takut untuk berbeda, selama Anda yakin apa yang Anda perbuat itu benar. Namun, jangan lantas merasa benar sendiri, sehingga membenci orang lain yang Anda anggap salah. Dengan kata lain, ikhlas identik dengan kemantapan, percaya diri, ketenangan dan kekokohan jiwa, juga kecerdasan, sedangkan riya' (sum'ah, 'ujub) identik dengan keragu-raguan, keresahan, jiwa yang labil, dan juga kebodohan.

2. Upayakanlah dalam setiap waktu untuk mengingat Allah; sesering mungkin 'berbisik-bisik' dengan Allah (mengeluh dan mengadu hanya kepada Allah). Luangkan waktu, di pagi dan sore tiap hari, sekitar seperempat sampai setengah jam untuk dzikir dan instropeksi diri: apa yang telah dan mau dilakukan.

3. Sadarlah bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak-gerik Anda. Bersamaan dengan itu, cukupkanlah kepuasan Anda dengan pengetahuan Allah akan segala tindakan Anda. Anda akan puas hanya dengan diketahui Allah jika Anda merasa takut dan berharap hanya kpadaNYA.

4. Ketahuilah hanya Allah yang akan mengganjar semua amal perbuatan kita semua. 5. Lakukan doa-doa dengan khusyuk. Senantiasa memohon agar dikaruniai hati yang tulus dan ikhlas (Allahummarzuqnaa al-ikhlaas wa al-istiqaamah wa hubba Allah wa hubba man ahabbah = Ya Allah, karuniailah kami keikhlasan, istiqaamah, mencintai Allah, dan orang-orang yang mencintaiNYA)

6. Kita senantiasa melihat orang lain lebih baik di sisi Allah dari diri kita sendiri. Sebagai contoh: jika kita melihat orang yang lebih muda daripada kita maka hendaklah kita berkata: Anak ini masih muda usia, belum banyak berbuat maksiat kepada Allah sedangkan aku sudah tua tentu telah banyak berbuat maksiat. Maka tidak syak lagi bahwa ia lebih baik daripada aku di sisi Allah". Apabila kita melihat orang yang lebih tua daripada kita maka hendaklah kita berkata: “Orang tua ini sudah beribadah kepaa Allah lebih dahulu daripada aku maka tidak syak lagi bahwa ia lebih baik daripada aku”. Apabila kita melihat orang alim, maka hendaklah kita berkata: “Orang alim ini telah dikurniakan kepadanya bermacam-macam pemberian yang tidak dikurniakan kepadaku dan ia telah sampai ke martabat yang aku tidak sampai kepadanya dan ia mengetahui berbagai masalah yang tidak aku ketahui, maka bagaimana aku bisa sepertinya”. Apabila kita melihat orang yang bodoh, maka hendaklah kita berkata: Orang ini bodoh lantas ia berbuat maksiat kepada Allah dengan kejahilannya, tetapi aku melakukan maksiat dengan ilmuku, maka bagaimana aku dapat menjawab di hadapan Allah nanti. Apabila kita melihat orang kafir, maka hendaklah kita berkata: Aku tidak tahu, kemungkinan orang kafir ini akan beriman, memeluk agama Islam dan akhirnya mempunyai husnul khatimah, sedangkan aku tidak tahu apakah akan bisa menjaga keimanan ini hingga akhIr hayat dan mendapatkan husnul khatimah.

inilah sebagian yang diwasiatkan oleh al Muhasibi dalam kitab “Memelihara Hak-hak Allah” 

Sabtu, 05 Desember 2015

Penyebab Penyakit Dalam Hati / Kalbu

Macam & Jenis Penyakit Hati / Sifat Buruk - Iri Hati, Dengki, Hasut, Fitnah, Buruk Sangka, dan Khianat - Definisi & Pengertian
Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :
1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
Sebab-sebab Timbulnya sifat Iri :
Kalau kita cermati dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat melihat bahwa sifat iri ini muncul karena :
a. Adanya rasa sombong didalam diri seseorang
b. Kurang percaya diri
c. Kurang mensyukurui nikmat Allah
d. Tidak merasa cukup terhadap sesuatu yang telah dimilikinya.
e. Tidak percaya kepada qadha dan qadar.
Akibat dari sifat iri tersebut antara lain :
a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada manfaatnya bahkan bisa dibarengi dosa.
b. Merusak pahala ibadah
c. Membawa pada perbuatan maksiat, sebab orang yang iri tidak bisa lepas dari perbuatan menyinggung, berdusta, memaki, dan mengumpat
d. Masuk Neraka
e. Mencelakakan orang lain
f. Menyebabkan buta hati
g. Mengikuti ajakan syetan
h. Meresahkan orang lain
i. Menimbulkan perselisihan dan perpecahan
j. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan masyarakat
k. Menimbulkan ketidaktentraman dalam diri, keluarga, masyarakat, atau orang lain.
Diantara cara-cara menghindari sifat iri sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu pemberian Allah SWT, sehingga wajar apabila suatu saat Allah memberi nikmat kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada diri kita
b. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup terhadap segala sesuatu yang telah diterimanya
c. Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan keberuntungan (kesenangan)
d. Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain mendapat keuntungan (kesenangan).
2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.
Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menghindari penyakit dengki, antara lain :
a. Menjauhi semua penyebabnya.
b. Mewaspadai bahayanya
c. Membiasakan diri untuk memberikan dukungan positif terhadap apa yang dialami saudara kita
d. Mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kerukunan dan persaudaraan.
e. Selalu berdzikir, sehingga hati merasa dekat dengan Allah SWT.
f. Ilmu dan amal.•
3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.
sobat sekarang anda memiliki dua pilihan ,
1. Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya dibaca disini
2. Membagikan pengetahuan ini kesemua teman facebookmu dengan klik 'Bagikan' , Insya Allah akan lebih bermanfaat bagi kita dan orang lain serta akan menjadi pahala bagimu

Segala Macam Penyakit Dalam Hati

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :
1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.
2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.
3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.
4. Fitnah
Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat.
5. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas.
6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

~* Tips Cara Menghilangkan Penyakit Hati *~

Berbagai jenis-jenis atau macam-macam penyakit hati telah dijelaskan pada tulisan / artikel di atas seperti iri hati, dengki, hasud, su udzon, khianat, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit ini apabila tidak ditangani dan ditanggulangi dengan baik bisa berakibat buruk pada diri kita. Seperti halnya sakit pada organ tubuh / fisik kita, penyakit hati yang berupa sifat perilaku buruk bisa diobati / disembuhkan dengan obat hati.

Berikut ini adalah beberapa obat untuk menyembuhkan penyakit hati kita :
1. Tidak Banyak Bicara
Terlalu banyak bicara dapat membuat hati kita menjadi keras. Berbicaralah yang tidak penting secukupnya dan hindari menjadi orang yang omong besar, omdo / omong doang, pembual, tukang bohong, ghibah, ngerumpi, dan lain sebagainya. Banyak bicara dalam kebaikan boleh-boleh saja seperti untuk mengajar, petugas pelayanan, ngobrol biasa dengan teman, tetangga, keluarga, dan lain sebagainya.
2. Menjaga Emosi Dan Nafsu
Emosi dapat membuat hidup menjadi tidak tenang. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu menjaga emosi kita agar tidak menjurus ke penyakit hati. Beberapa contoh nafsu yang harus kita tundukkan antara lain seperti nafsu akan harta, nafsu seks, nafsu makan, nafsu jabatan, nafsu marah, nafsu mewujudkan impian, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk melatih emosi dan nafsu kita adalah dengan melakukan ibadah puasa, baik puasa sunah maupun puasa wajib ramadhan.
3. Selalu Mengingat Allah SWT
Ada beberapa cara untuk dapat selalu mengingat Allah SWT yaitu seperti dengan rajin sholat baik sholat wajib lima waktu, shalat tahajud, sholat dhuha, solat malam, dan lain-lain. Selain itu zikir, doa dan mengaji atau membaca al-qur'an juga dapat menghindarkan kita dari penyakit hati. Diharapkan dari mengingat Allah SWT kita menjadi takut atas ancaman Allah SWT jika kita melakukan dosa yang disebabkan oleh penyakit hati dan perbuatan maksiat.
4. Bergaul Dengan Orang Saleh / Soleh
Dengan berteman dengan orang-orang yang penuh dengan penyakit hati hanya akan menulari kita dengan penyakit-penyakit itu sehingga kita akan semakin jauh dari Allah. Salah pergaulan juga dapat menambah dosa akibat perbuatan maksiat yang baik disadari atau tidak telah kita lakukan. Lain hal apabila kita bergaul dengan orang shaleh yang selalu menjaga dan membatasi diri dalam pergaulan agar mereka tidak terjerumus dalam maksiat.
Semoga anda selalu terhindar dari penyakit hati, serta masalah yang disebabkan olehnya.

Hati Yang Berpenyakit

Hikam Al Hadad : Bahaya Penyakit Hati Dibandingkan Penyakit Tubuh
[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Penyakit-penyakit hati lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakit-penyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia di dunia dan di akhirat; dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan abadi.

Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang kecuali di dunianya yang fana yang segera sima, serta tubuhnya yang menjadi sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat. Apalagi penyakit tubuh itu sebenarnya amat berfaedah bagi seseorang dalam agama dan akhiratnya. Sebab, Allah Swt. menyediakan pahala yang sangat besar bagi si penderita sakit, di samping banyak faedah dan manfaat lainnya yang segera ataupun pada waktu mendatang, sesuai dengan yang disebutkan dalam berbagai ayat dan hadis tentang pahala yang disediakan pada penyakit dan bencana yang menimpa tubuh.

Kemudian, karena penyakit hati tidak terjangkau secara indriawi dan tidak menimbulkan rasa sakit, sulitlah ia diketahui dan ditemukan. Perhatian padanya amat sedikit dan daya upaya untuk mengobatinya pun lemah sekali, seperti yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali.rhm,
"Penyakit hati itu laksana penyakit sopak (belang) di wajah seseorang yang tak memiliki cermin. Jika ia diberi tahu orang lain pun, mungkin ia tak memercayainya. "

Selain itu, berbagai azab dan hukuman yang diancamkan atas diri seseorang sebagai akibat penyakit-penyakit hati, kelak di akhirat, adalah sesuatu yang sulit diterima oleh kaum yang lalai. Atau, mereka melihatnya sebagai sesuatu yang masih lama sekali datangnya. Adakalanya mereka bahkan meragukannya. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.) Atau, berangan-angan akan diselamatkan darinya dengan berbagai harapan yang menipu, semata-mata karena terlalu "berani" kepada Allah. Sehingga, timbul khayalan kosong dengan mengira pasti akan memperoleh ampunan dan keselamatan meski tanpa berusaha untuk mem­perolehnya.

Disebabkan hal-hal seperti itu, banyak penyakit hati yang terus tersembunyi, bahkan makin kuat mencengkeram, sementara orang-orang yang lalai selalu teledor untuk mengobatinya se­hingga makin lama makin sulit diobati. Bahkan, adakalanya se­seorang dari mereka mengetahui bersemayamnya sesuatu penyakit di hatinya, tetapi ia tak peduli dan tak menghiraukannya.

Padahal, sekiranya ia mengetahui adanya suatu penyakit di tubuhnya ataupun seorang lain memberi tahunya tentang hal itu, pasti besar sekali perhatian yang ditujukan padanya. Ia akan menjadi sangat takut, lalu bersungguh-sungguh berdaya upaya untuk mengobatinya dengan mengerahkan apa Baja yang &pat dilakukannya. Sebab, seperti yang telah kami sebutkan, penyakit hati itu tak terjangkau secara indriawi dan tidak ada rasa sakit yang menyertainya segera. Juga, hukuman-hukuman yang diancamkan terhadap itu tak tampak, dan kalaupun ada, ia baru akan terwujud kelak setelah mati dan berada di akhirat. Sedang­kan, orang yang lalai menganggap maut dan segala yang datang sesudahnya sebagai sesuatu yang amat jauh. Padahal, sekiranya menggunakan akalnya dan keyakinannya, niscaya ia akan mengetahui bahwa maut adalah suatu perkara gaib yang paling cepat datangnya, seperti disabdakan oleh Rasulullah Saw. Dan, sebagaimana juga beliau pemah bersabda, "Surga itu lebih dekat kepada seorang
di antara kalian daripada tali sandalnya." Demikian pula neraka.

Penyaki, serta berbagai macam penyakit hati lainnya.Mengingat bahwa hati manusia tertutup dari perasaan indriawi, sedangkan penyakit-penyakit hati tidak disertai rasa sakit yang dapat dijangkau dengan alat-alat lahiriah, wajiblah atas manusia berakal, yang prihatin akan agamanya serta keselamatan akhiratnya, untuk sungguh-sungguh berusaha menyelidikinya sehingga ia dapat segera menangani dan mengobatinya sebelum maut datang mendadak dan ia pun menuju Tuhannya, laluberhadapan dengan-Nya dengan hati yang tidak sehat—yang karena itu ia akan merugi, binasa bersama dengan orang-orang yang binasa lainnya.

Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah !!t hati sungguh banyak ragamnya. Yang paling ber­bahaya dan paling mudarat ialah kebimbangan dalam agama. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.) Selain itu, lemahnya keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, serta kediaman di akhirat. Juga, sifat riya' (ingin dipuji oleh manusia) dalam per­buatan kebajikan. Angkuh terhadap hamba-hamba Allah, bakhil, iri hati, dengki, curang, cinta akan dunia dan sangat ingin mem­pertahankan nya, panjang angan-angan (yang menyebabkan selalu menunda tobat), lupa akan maut, lalai akan akhirat, mengabaikan persiapan untuknya